Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

another me

another me

About Me

Blogger Tips and Tricks

Kamis, 13 Juni 2013

rutepemberianobat



Bab 2
Pembahasan



1.      Mekanisme fisiologis cara kerja obat
      Farmakokinetik merupakan istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat, kecepatan obat itu diserap (absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh (bioavailability), jumlah obat yang beredar dalam darah (distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya dibuang dari tubuh (Eksresi )
    Farmakodinamik menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi
      tubuh, melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia
   Farmakokinetik dan farmakodinamik membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat.

Farmakokinetik sangat tergantung pada :
•      usia,
•      seks,
•      genetik,
•      dan kondisi kesehatan seseorang. 
Farmakodinamik dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti :
   proses penuaan,
  penyakit ,
  adanya obat lain





PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT
Klasifikasi
•      Per oral (po), Sublingual
•      Secara Suntikan / Parenteral  (Intracutan, Subcutan, Intramuskuler, Intravena )
•      Rectal
•      Intra Vaginal
•      Obat Luar ( Topikal, Melalui Paru-paru / Inhalasi )

1.      Per oral
•      Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan
•      Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
•      Keuntungan: praktis, aman, dan ekonomis
•      Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak), iritasi pada saluran cerna
2.      Sublingual
•      Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
•      Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
•      Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
3.      Parenteral                                           
•      Adalah cara pemberiaan obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah
•      Keuntungan :
–     efek timbul lebih cepat dan teratur
–     dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperati kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah
–     sangat berguna dalam keadaan darurat.
•      Kerugian : dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis, membutuhkan tenaga medis.
•      Meliputi:  Intracutan, intravena (iv), subcutan (sc), dan intramuscular (im),
4.      Intracutan
•      Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit
•      Merupakan pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
•      Intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
5.     Subcutan
•      Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis
•      Jenis obat yang lazim diberikan secara SC
1. Vaksin                    
2. Narkotik                 
3. Heparin
4. Obat-obatan pre operasi     
5. Insulin
•      Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah
•      Pada pemakaian injeksi subkutan untuk jangka waktu yang alam, maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
•      Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
•      Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama. 
•      Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
•      Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.
6.      Intramusculer                       
•      Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot.
•      Tujuan : pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan
•      Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
•      Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air yang  menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi obat .
•      Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
•      Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi
7.      Intravena                              
  • Pengertian : Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah.
  • Tujuan :
            1. Memasukkan obat secara cepat
            2. Mempercepat penyerapan obat
  • Lokasi yang digunakan untuk penyuntikan :
1. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
2. Pada tungkai (vena saphenosus)
3. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
  1. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
  2. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah)
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
8.      Rectal
•      Pemberian Obat via Anus / Rektum / Rectal, Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.
•      Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
•      Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus.
•      Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna.
•      Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
9.      Intra Vaginal       
•      Pemberian Obat per Vagina, Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
10.  Topikal
•      Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes telinga dan lain-lain.
•      Pemberian Obat pada Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
•      Pemberian Obat pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.
•      Pemberian Obat pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan ada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
•      Pemberian Obat pada Mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

0 komentar:

Posting Komentar